Sepercik Hikmah - Tatkala seorang suami menghadapi berbagai macam kesulitan hidup, ujian dan problematika kehidupan lainnya, dukungan seorang istri shalihah sangat dibutuhkan. Di mana istri shalihah akan tampil mendampingi suaminya dan selalu menyemangatinya untuk tegar, kuat bak batu karang yang kokoh dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
Hal ini tercermin pada diri pribadi Khadijah Radhiyallahu ‘Anha, tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadapi berbagai macam kesulitan hidup dan tantangan ketika berdakwah. Apalagi, di saat beliau didatangi malaikat Jibril ‘Alaihissalam untuk pertama kali di gua Hira’ dalam rangka menyampaikan wahyu hingga seluruh tubuhnya menggigil karena ketakutan yang sangat.
Dukungan Khadijah ra kepada beliau mempunyai fungsi yang besar dan penuh arti. Khadijah merupakan teladan bagi istri yang mengetahui bagaimana ia dekat dengan suaminya dan mampu meringankan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Meskipun ia tidak mengetahui tafsiran dari apa yang menimpa Nabi saw. Namun demikian, Khadijah tetap mendukung beliau dan menyemangatinya.
Seorang laki-laki sekuat apa pun akan memerlukan istri yang menghibur dan menyemangatinya, ketika menghadapi berbagai kesulitan yang menimpanya. Inilah yang akan memberinya dorongan serta keteguhan dalam berbagai kesulitan dan mara bahaya. “Tidak ! Demi Allah ! Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menghinakanmu selamanya”. Ucapan Khadijah ini mampu menenangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari ketakutan dan mengangkat semangat beliau agar selalu optimis.
Selain meneguhkan dan menyemangati beliau, Khadijah juga mendengarkannya. Ini merupakan perkara penting dalam hubungan suami-istri. Hal ini adalah sama-sama kebutuhan suami maupun istri untuk saling mendengarkan satu sama lain.
Seorang suami seringkali lebih membutuhkan adanya orang yang mau mendengarkannya, atas segala yang membuatnya letih dan payah sepanjang hari. Di sore hari, ia pulang dalam keadaan capek, sehingga ia memerlukan orang yang mau mendengarkannya. Khadijah telah melakukan pekerjaan ini dengan sangat sempurna.
Khadijah juga telah ikut bersama Nabi saw dan mendukungnya ketika beliau beribadah di gua Hira’. Khadijah sendiri yang mengantarkan dan mengirimkan makanan serta ikut tinggal bersama beliau selama beberapa hari di sana, sehingga ia ikut merasakan kesusahan-kesusahan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Inilah seharusnya yang dilakukan seorang istri. Keistimewaan seperti inilah yang mestinya ada dalam hubungan keluarga, yakni perhatian satu sama lain. Dari sinilah, cinta Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Khadijah takkan pernah sirna dan pupus, meskipun ia telah meninggal dunia.
Wallahu A’lam bish-Showab. Semoga ia tetap menjadi teladan kita sebagai wanita yang kelak in Sha Allah bisa berada bersamanya di syurga.
Sumber : www.www.sharia.co.id