Sepercik Hikmah – Terkadang didalam menjalani kehidupan bermasyarakan timbul sebuah persaingan hidup. Sering juga terjadi jika persaingan tersebut tidak sehat maka akan timbul rasa kecemburuan sosial. Keinginan untuk saling menyaingi dalam segala hal tanpa berfikir apakah itu akan berdampak positif atau pun negative
Sebagai umat Muslim Tak perlulah cemburu pada rezeki orang karena rezeki kita masing-masing sudah dibagi dengan begitu adilnya oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Allah membagi rezeki itu begitu adil. Kenapa kita mesti cemburu pada rezeki orang lain?
Imam Ghazali rahimahullah menyebutkan fawaid dari nasihat Hatim Al-Asham:
Aku melihat manusia saling mencela dan saling membicarakan jelek (ghibah) satu dan lainnya. Aku dapati bahwa itu termasuk HASAD (cemburu atau iri) dalam harta, kedudukan dan pengetahuan.
Aku kemudian renungkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Aku sadari bahwa pembagian tersebut sudah ditentukan oleh Allah sejak takdir yang dahulu ada. Kenapa aku mesti HASAD (cemburu) pada rezeki orang lain?
Itulah yang membuatku tetap ridha pada pembagian Allah. Dinukil dari kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali, hlm. 57. Moga kita semua diberi taufik untuk mengimani takdir dengan benar.
Sumber : www.rumaysho.com