SepercikHikmah - Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya
seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang
dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta
sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum
dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang
membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di
padang luas yang
kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai
yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan.
Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya...
***
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan
setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun
masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski
terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan
segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak
tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu
candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya
tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang
Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India ,
di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja
juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari
cinta...
***
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera
kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih
sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan
kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang
mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih
rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta.
Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat
lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya.
Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa
kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus
berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan
bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan.
Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang
harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah
cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari
cinta saja."
Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika
manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya
suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang
demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan
cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita,
Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain
kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani
kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya
seakan-akan ada tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang
Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau
kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta
yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa
yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika
Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah
membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali
lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab.
(Bayu Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel "Belajar
Mencinta"nya)
sumber : eramuslim (BungaRampai)