Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Langsung saja ya ustadz,
Saat ini saya
sedang gemar berdebat masalah agama dalam salah satu website remaja. Masalahnya,
mereka (member non-muslim) selalu tidak bisa menerima statemen-statemen saya dan
teman-teman muslim (berdasarkan Al-Quran dan Al- Hadits). Pada awal-awalnya
tidak apa-apa namun sekarang sudah menjurus ke arah mengejek, menghina dan
merendahkan agama Islam. Bagaimana kami harus meresponnya. Soalnya jika kami
berhenti begitu saja, bukankah nanti ada anggapan bahwa kami kalah dan agama
Islam memang salah. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
Anggayasha
Jawaban: |
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa
Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihih wa sallam, wa ba'du.
Di
dalam Al-Quran Al-Kariem ada disebutkan tentang berdebat seperti yang anda
maksudkan, yaitu pada ayat berikut ini :
Serulah kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125)
Jadi mengajak non muslim menuju
kepada kebenaran agama Islam itu memang diperintahkan, namun caranya harus
dengan hikmah dan mau'izhah hasanah. Dan kalau perlu dengan cara perdebatan,
maka perdebatan itu harus dilakukan dengan cara yang baik.
Apa yang
dimaksud dengan debat yang baik ?
Debat yang bertitik pangkal kepada
ilmu pengetahuan, rujukan-rujukan yang ilmiyah, serta dengan logika yang runtut.
Kesemua itu nyaris tidak mungkin dilakukan oleh mereka yang bermental asal
menang atau asal debat. Perdebatan yang dibenarkan adalah perdebatan yang sehat,
jauh dari caci maki, jauh dari pelecehan dan jauh juga dari saling menjatuhkan
harga diri lawan debatnya.
Buat umat Islam sendiri, ada baiknya bila
sebelum berdebat dengan non muslim untuk lebih memperdalam pengetahuan
keagamaannya. Sebab sebagaimana pepatah arab mengatakan bahwa orang yang tidak
punya sesuatu tidak bisa memberikan sesuatu. Bagaimana mungkin seorang muslim
terlibat baku debat dengan non muslim, sementara dia sendiri tidak pernah paham
isi kandungan tiap ayat Al-Quran, tidak mengerti ilmu-ilmu keislaman seperti
tafsir, fiqih, ushul fiqih, kaidah fiqhiyah, mantiq, balaghah, nahwu, sharf,
musthalah hadits, rijal hadits, takhrij hadits, dan lainnya?
Tanpa semua
'senjata' itu, seseorang akan sama seperti terjun ke medan perang hanya berbekal
tangan kosong. Bukannya mati syahid tapi mati konyol, sebab lawan-lawannya
datang dengan persenjataan lengkap. Bukankah sebelum berperang yang
sesungguhnya, kita wajib punya persiapan terlebih dahulu?
"Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.(QS. Al-Anfal :
60)
Bila kita sudah punya semua perbekalan dan 'kekuatan tempur' yang
lengkap, insya Allah sebelum perdebatan dimulai, musuh-musuh sudah gemetar
terlebih dahulu. Tapi kalau ilmu kita terbatas, dangkal dan terbatas, maka lawan
bisa dengan mudah 'mencukur gundul' kita. Akibatnya, kebenaran Islam malah padam
hanya lantaran kebodohan umatnya sendiri. Nauzu billahi min
zalik.
Wallahu A'lam Bish-shawab
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber: www.eramuslim.com