Ilustrasi |
Sebagai salah satu daerah terbesar pengirim tenaga kerja ke keluar negeri, Kabupaten Kendal kerap dihadapkan dengan masalah seputar kehidupan TKI/TKW di tanah rantau.
Selain hak-hak pekerja, masalah yang membelit para buruh ini adalah penyakit menular.
Salah satu negara favorit TKW, Hongkong, menjadi perhatian pemerintah setempat lantaran sebagian pekerja yang pulang dari sana dengan membawa virus menular, HIV/AIDS.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kendal Dewi Diniwati mengatakan, berdasarkan data yang diterima Dinaskertrans, TKW di Hongkong kerap terjebak pergaulan bebas yang menjadi muara penyebaran virus tersebut.
"Biasanya mereka tergoda oleh sesama pekerja asing, dibujuk dengan berbagai janji, akhirnya berujung pada hubungan yang lebih jauh," beber Dewi, pekan lalu.
Pergaulan bebas TKW di Hongkong terjadi lantaran pemerintah setempat memberlakukan aturan libur untuk para tenaga kerja selama dua hari, pada Sabtu dan Minggu.
Di hari libur tersebut, para TKW biasanya berkumpul di Victoria Park. Di tempat terkenal itulah, disinyalir para TKW berkencan dan bergaul bebas dengan sesama pekerja.
Dewi lalu membandingkan kebijakan di beberapa negara lain, yang hanya memberi satu kali libur seminggu sehingga TKW cenderung disiplin.
"Ada cerita dari salah satu TKI, biasanya mereka langsung berkencan begitu berkenalan, tidak adanya pengawasan membuat pergaulan bebas terjadi begitu saja," ucapnya.
Berdasarkan data Disnakertrans, jumlah pengidap HIV/AIDS yang menyerang TKI asal Kendal selalu meningkat setiap tahun.
Jika beberapa tahun lalu tercatat hanya dua orang pengidap HIV/AIDS, kini jumlahnya naik menjadi 26 orang.
Dan yang sangat disayangkan, para TKI ini baru tahu jika mereka terjangkit HIV/AIDS setelah pulang ke Indonesia.
"Data lengkapnya ada di Dinas Kesehatan yang melakukan cek up atau tes kepada para TKI yang pulang, dan ini jadi bukti jika di Kendal ada yang terjangkit HIV/AIDS," terangnya.
Sedangkan Kabid Transmigrasi, Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Kabupaten Kendal, Supardi menambahkan, TKW Kendal juga banyak yang terjerat kasus narkoba lewat proses serupa.
Menurut Supardi, mreka tertipu bujuk rayu pekerja asal Asia Selatan, sehingga mau menjadi kurir narkoba.
"Saat ini diketahui hanya satu persen yang ter'cover' pemerintah jika ada TKI yang tekena masalah narkoba. Kasus ini terjadi karena SDM kita memang kurang," tambahnya.
Sementara itu, Supardi mengungkapkan pengiriman TKI/TKW Kendal ke negara-negara Arab kini telah berhenti.
Hal ini terjadi setelah muncul moratorium dari Presiden Joko Widodo tentang larangan pengiriman TKI ke Timur Tengah.
"Setelah beberapa kasus berat yang menimpa TKI di sana, pemerintah Pusat lalu menghentikan pengiriman TKI. Alasannya banyak, salah satunya demi keselamatan TKI sendiri," tandasnya.
Sumber:tribunnews