SepercikHikmah - Dalam kehidupan sehari-hari, tetangga memiliki peran yang sangat penting. Itu disebabkan bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian. Manusia sebagai mahluk sosial tentulah membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga tetangga adalah orang terdekat yang bisa membantunya.
Suatu saat Abdullah bin Amr, seorang sahabat Nabi SAW memiliki seekor domba yang hendak disembelih. Kepada budaknya ia bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sebagian dagingnya kepada tetangga kita Yahudi? Kenapa saya telah mendengar Nabi SAW bersabda, ‘Jibril selalu memerintahkan berbuat baik kepada tetangga sedemikian rupa sampai-sampai saya mengira dia memasukkan tetangga sebagai ahli waris’.” (Muttafaqun Alaih)
Dari hadits tersebut kita tentunya paham bahwa posisi tetangga begitu sangat penting. Allah dan Rasulnya telah mengajari kita untuk berbuat baik kepada tetangga. Seorang mukmin yang taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan menghindarkan dirinya dari menyakiti tetangganya.
Tidak akan masuk surga orang yang mengaku beriman dengan lisannya, tetapi tetangganya tidak merasa aman dari kata-kata dan perbuatannya. Dan sebaliknya, kita akan meraih surga dengan sikap terbaik kita pada mereka.
Seorang tetangga mempunyai hak untuk diperlakukan dengan baik. Termasuk tetangga yang tidak seiman dengan kita. Sesungguhnya tetangga itu ada dua macam; tetangga yang mempunyai satu hak dan tetangga yang mempunyai dua hak.
Tetangga yang mempunyai satu hak adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan kita namun tidak seagama dengan kita. karenanya terhadap tetangga non-Muslim pun kita mempunyai kewajiban untuk menghargai, menghormati dan berbuat baik kepadanya.
Sedangkan tetangga yang mempunyai dua hak adalah mereka yang berdekatan dengan kita dan dia seagama dengan kita. Tetangga seagama ini mempunyai hak untuk di hormati dengan baik sebagai tetangga dan sebagai saudara muslim.
Islam merupakan agama yang sempurna. Segala aspek diatur dengan sempurna termasuk hubungan kita dengan tetangga. Bahkan seseorang bisa masuk surga atau neraka dikarenakan bagaimana ia memperlakukan tetangganya. Maha Benar Allah dengan segala kekuasanya. Wallahu alam.
Referensi: Mencari Ketenangan di tengah Kesibukan/Karya: Mohammad Fauzil Adhim/Penerbit: Pro-U Media.
Sumber : islampos.com
Suatu saat Abdullah bin Amr, seorang sahabat Nabi SAW memiliki seekor domba yang hendak disembelih. Kepada budaknya ia bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sebagian dagingnya kepada tetangga kita Yahudi? Kenapa saya telah mendengar Nabi SAW bersabda, ‘Jibril selalu memerintahkan berbuat baik kepada tetangga sedemikian rupa sampai-sampai saya mengira dia memasukkan tetangga sebagai ahli waris’.” (Muttafaqun Alaih)
Dari hadits tersebut kita tentunya paham bahwa posisi tetangga begitu sangat penting. Allah dan Rasulnya telah mengajari kita untuk berbuat baik kepada tetangga. Seorang mukmin yang taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan menghindarkan dirinya dari menyakiti tetangganya.
Tidak akan masuk surga orang yang mengaku beriman dengan lisannya, tetapi tetangganya tidak merasa aman dari kata-kata dan perbuatannya. Dan sebaliknya, kita akan meraih surga dengan sikap terbaik kita pada mereka.
Seorang tetangga mempunyai hak untuk diperlakukan dengan baik. Termasuk tetangga yang tidak seiman dengan kita. Sesungguhnya tetangga itu ada dua macam; tetangga yang mempunyai satu hak dan tetangga yang mempunyai dua hak.
Tetangga yang mempunyai satu hak adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan kita namun tidak seagama dengan kita. karenanya terhadap tetangga non-Muslim pun kita mempunyai kewajiban untuk menghargai, menghormati dan berbuat baik kepadanya.
Sedangkan tetangga yang mempunyai dua hak adalah mereka yang berdekatan dengan kita dan dia seagama dengan kita. Tetangga seagama ini mempunyai hak untuk di hormati dengan baik sebagai tetangga dan sebagai saudara muslim.
Islam merupakan agama yang sempurna. Segala aspek diatur dengan sempurna termasuk hubungan kita dengan tetangga. Bahkan seseorang bisa masuk surga atau neraka dikarenakan bagaimana ia memperlakukan tetangganya. Maha Benar Allah dengan segala kekuasanya. Wallahu alam.
Referensi: Mencari Ketenangan di tengah Kesibukan/Karya: Mohammad Fauzil Adhim/Penerbit: Pro-U Media.
Sumber : islampos.com