SepercikHikmah – Sahabat SepercikHikmah, Pernahkah anda
mengalami pendarahan diluar masa haid, Bila pernah jangan anggap remeh hal
tersebut. Baca artikel di bawah ini dengan seksama
“Bulan ini saya sudah haid. Tapi kok keluar lagi ya?”
Pengalaman itu kerap terjadi pada perempuan. Biasanya kondisi tersebut timbul
saat kita stres akibat pekerjaan kantor atau masalah rumah tangga. Kalangan
dokter menyebutnya perdarahan di luar masa haid. Apakah hal itu membahayakan
organ reproduksi kewanitaan kita?
Tak jarang kita abai ketika mengalami hal sensitif pada
organ kewanitaan. Perdarahan di luar haid, misalnya. Ahli kandungan dr
Rahmawati Toenggal, SpOG mengatakan, tak sedikit pasiennya mengeluh kasus
serupa. Namun, mereka baru mengaku setelah membiarkannya berbulan-bulan.
Sahabat SepercikHikmah, Perdarahan itu dapat berupa
flek atau layaknya menstruasi. Terjadinya dapat sebelum, sesudah atau di antara
siklus haid. Perempuan yang sudah haid dapat mengalami gangguan ini, tak
mengenal usia puber, lajang, menikah, bahkan sampai menopause. “Beruntung masih
dapat tertangani, coba kalau ternyata terdeteksi kanker serviks stadium
lanjut?” ujar dokter Poliklinik Aviat RS PMI Bogor ini seraya menambahkan bahwa
perdarahan di luar haid Yakni salah satu gejala kanker serviks.
Apakah berbahaya Bila terlalu lama diabaikan? “Tentu,”
jawab Rahma, begitu ia akrab disapa. Jadi, ada baiknya kita mengenal dua
penyebab perdarahan di luar haid, yakni kelainan hormonal dan organik serta cara
mengantisipasinya.
Kelainan Hormonal
Sahabat SepercikHikmah, Ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormon. Pemicunya beragam, mulai dari stres, diet ketat,
penggunaan alat kontrasepsi, sampai obat-obatan tertentu seperti maag,
pelangsing.
Mengapa demikian? Rahma menjelaskan, pemicu tadi
mengganggu hormon di otak sebagai pusat pengendali menstruasi, yakni estrogen
dan progesteron. Akibatnya, mekanisme kerja hipotalamus, hipofisis, ovarium,
dan endometrium terganggu.
Perdarahannya dapat berupa spotting (bercak). Jumlahnya
dapat sedikit atau banyak. Waktunya dapat pendek atau lama. Tak jarang, lanjut
Rahma, perdarahan yang terlalu banyak dan lama menyebabkan yang bersangkutan
memerlukan transfusi karena kekurangan darah (anemia). Bahkan syok, pingsan,
sampai keringat dingin.
Bila keadaannya darurat, tindakan kuretasi pun
dilakukan. Kalau hal itu tak dapat menghentikan perdarahan, kemungkinan yang
bersangkutan mengalami hiperplastiendometrium (pertumbuhan endometrium yang
berlebihan). “Biasanya ini terjadi karena pengaruh hormonal,” kata perempuan
kelahiran Semarang, 40 tahun lalu ini.
Menurut Rahma, perdarahan di luar haid akibat kelainan
hormonal umumnya tak disertai rasa sakit atau nyeri. Tetapi menimbulkan rasa
tidak nyaman, terutama Bila perdarahannya banyak.
Sudah semestinya perempuan waspada ketika mengalami
perdarahan di luar haid. Sebab, akan mengganggu masa kesuburan. Perdarahan yang
sering berakibat tidak adanya ovulasi. Alhasil,tidak terbentuk sel selur
matang. “Jadi, atasi dulu perdarahannya agar ovulasi menjadi teratur,” terang
Rahma.
Kelainan Organik
Sahabat SepercikHikmah, Dapat terjadi karena adanya
kelainan organik di atas rahim, seperti keguguran, hamil anggur, myoma uteri,
tumor jinak otot rahim. Atau, di leher rahim, seperti polip (tumor yang bertangkai) endoserviks,
kanker serviks. Selain itu, kelainan di badan rahim seperti polip endometrium.
Perdarahan akibat kelainan organik biasanya disertai nyeri.
Khusus myoma, ujar Rahma, pemicu utamanya kelainan
hormonal. Myoma itu tumor yang dipicu hormon estrogen. Akibatnya, sel-sel otot
rahim tumbuh berlebihan lalu membesar sehingga menjadi tumor. “Jadi, stres,
obat-obatan dan pemicu kelainan hormonal lainnya jangan dianggap biasa. Sebab, dapat
mengakibatkan banyak hal,” katanya.
Ketahui
Dulu Penyebabnya
Untuk mengatasi perdarahan di luar haid, Rahma
mengimbau yang bersangkutan segera memeriksakan diri. “Penanganan disesuaikan
dengan penyebab kelainannya,” kata perempuan yang hobi traveling itu.
Ia mencontohkan kelainan hormonal akibat stres maka
yang bersangkutan harus menerapkan hidup sehat, mengonsumsi obat Bila
diperlukan dan berbagi cerita dengan keluarga atau kerabat yang mereka percaya.
Saat stres, emosi meningkat dan yang bersangkutan mudah
marah. Lalu, terjadilah ketidakseimbangan hormon. Emosi tidak mengendalikan
hormon tapi mempengaruhi hormon. “Kita tidak dapat menghindari stres. Tapi tiap
orang punya tingkat ketahanan dan cara berbeda-beda dalam menghadapi dan
mengelola stres,” jelas Rahma.
Lain lagi Bila mengatasi kelainan hormon akibat
obat-obatan, jamu atau pelangsing. Bila berdampak tidak baik bagi tubuh, ia
menganjurkan agar yang bersangkutan berhenti mengonsumsinya. Sementara Bila
kita melakukan diet kelewat ketat, yang terjadi justru sebaliknya, siklus haid
tidak teratur bahkan berhenti menstruasi. Ini terjadi karena asupan gizi
berkurang. Ketika pasokan gizi menurun, pembentukan hormon dan pertumbuhan sel
termasuk indung telur terganggu. Padahal, tubuh perlu kolesterol untuk memproduksi
hormon.
“Ini berbahaya. Tidak terjadi haid maka tidak ada
peluruhan endometrium. Pertumbuhan sel indung telur jadi tidak sehat, tidak ada
folikel yang matang. Otomatis akan menggangu reproduksi wanita,” jelasnya.
Bila penyebabnya alat kontrasepsi, penanganannya
dibantu obat yang dapat menghentikan perdarahan. Apabila terjadi perdarahan
hebat bahkan menyebabkan syok, segera lepas alat kontrasepsi.
Menurut Rahma, total hipermenore dalam sekali
menstruasi hanya 80 cc. Namun, jangan anggap sepele Bila terjadi perdarahan di
luar haid. Segera periksakan diri ke dokter. “Dokter dapat segera mengetahui
penyebabnya dan melakukan penanganan. Sebelum, misal, tumornya besar,” pungkasnya
Semoga kutipan diatas dapat bermanfaat bagi anda wanita
Sumber : ummi-online.com