SepercikHikmah – Sahabat sepercikhikmah, Bermula dari
obrolan santai dengan seorang mentor bisnis, saya disarankan untuk merujuk ke
sebuah nama. Setelah mengetik kata kunci pencarian, saya langsung menemukan
sosok yang dimaksud, lengkap dengan grup yang beliau asuh terkait bisnis dan
marketing online.
Kini, meski belum pernah bertemu langsung, saya
benar-benar berkesempatan belajar bersama laki-laki tambun dengan kaca mata
yang setia menemani kesehariannya. Beliau membuka kelas bisnis, dan saya
mendaftar sebagai salah satu peserta gelombang pertama.
Ini ialah atas karunia Allah Ta’ala. Alhamdulillah.
Setelah melakukan pembayaran, saya berhak mendapatkan kiriman video bisnis yang
langsung disampaikan oleh laki-laki berjenggot tipis ini. Dari enam video
pertama, saya mengunduhnya agar bisa ditonton secafa offline. Sebab ingin
mendapatkan pemahaman secara menyeluruh, saya memulai memutar dan mendengarkan
dengan khusyuk video pertama.
Ada banyak hal baru yang saya dapatkan. Tentu tidak
akan saya bagikan semua.
Dalam tulisan kali ini, saya ingin membagikan satu
fragmen menarik yang telah dijalani oleh sosok yang kerap disapa dengan
panggilan ‘kang’, khas orang Sunda.
Laki-laki ini tidak lulus kuliah. Drop out dari
Institut Teknologi Bandung. Sebabnya, beliau masuk ke jurusan Teknik
Pertambangan karena tuntutan lingkungan. Sebagian besar keluarganya merupakan
pekerja di bidang pertambangan, sehingga ia ‘tertuntut’ oleh keluarga untuk
menjadi karyawan di perusahaan serupa.
Malangnya, semakin berupaya justru semakin jauh dari
keinginan. Ia mengalami kejenuhan akut, bahkan sang dosen wali berlepas diri
darinya.
Dia pun benar-benar memilih drop out. Sebuah keputusan
yang benar-benar konyol, tapi diambil dengan penuh pertanggungjawaban.
Tak lama setelah itu, ia berkunjung ke salah satu guru
kehidupannya. Tak disangka, sang guru berkata dengan kelakar yang tegas, “Jika
hidupmu mulai kacau, menikah saja.”
Dan benar, beliau mengambil keputusan menikah di usia
yang terbilang muda. 21 tahun.
Awal-awal menikah itu pula beliau mulai menyusun visi
hidup dan berupaya sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Meski hanya lulusan SMA
dan hanya bisa menggunakan ijazah itu, beliau nekat memilih jalur konsultan
bisnis.
Berkeliling dari satu usaha skala kecil-menengah,
beliau menjajakan jasanya. Bengkel bubut, toko roti, dan usaha-usaha rumahan
lainnya. Ia mendatangi tempat usaha tersebut dengan kepercayaan diri yang
tinggi untuk menjual kemampuannya.
“Awal menikah,” tuturnya dalam video sekolah bisnis
yang saya ikuti,
Berkeliling dari satu usaha skala kecil-menengah,
beliau menjajakan jasanya. Bengkel bubut, toko roti, dan usaha-usaha rumahan
lainnya. Ia mendatangi tempat usaha tersebut dengan kepercayaan diri yang
tinggi untuk menjual kemampuannya.
“Awal menikah,” tuturnya dalam video sekolah bisnis
yang saya ikuti, “saya mengontrak di samping kuburan. Empat pekan setelah
menikah, istri saya hamil anak pertama. Kondisi ekonomi ketika itu sukar, tapi
saya tidak mau menyerah.”
Sahabat sepercikhikmah, DIa memulai menjadi konsultan
sejak usia dua puluh tiga tahun. Dalam masa yang panjang itu, beliau senantiasa
menambah pengetahuannya. “Kalau kita gak kuliah, lihat saja di youtube. Jangan
pernah berhenti belajar.” ujarnya penuh semangat.
Dalam masa pencarian dan penjajakan itu, beliau
memutuskan untuk bergabung dengan satu perusahaan yang paling enak diajak kerja
sama. Di perusahaan itu, dia ‘memasrahkan diri’ untuk belajar sungguh-sungguh.
Qadarullah, beliau berhasil meramu ilmu yang didapat
dari pemilik perusahaan hingga dikompilasikan menjadi sebuah buku. Kini, beliau
merupakan jajaran tinggi di perusahaan yang bergerak di bidang busana Muslim
dan masuk dalam satu di antara perusahaan terbesar bidang itu di negeri ini.
“Dari satu jam (mendapatkan) 500 ribu saat menjadi
konsultan, sampai sekarang sudah pernah ada perusahaan yang memberikan 20 juta
rupiah saat saya berbicara hanya dalam waktu 3 jam.” tuturnya bernada semangat.
Di antara kalimat-kalimat manjur yang beliau sampaikan
kepada para peserta ialah motivasi agar masing-masing kita bisa menaikkan value
diri. Jika value bagus, kita akan mendapatkan revenue besar yang akan berakibat
langsung ke dalam pemasukan dan kehidupan secara umum.
“Kita hari ini ialah harga kita masa lalu. Kerja kita
hari ini ialah harga kita untuk masa depan.”
Sahabat sepercikhikmah, Itulah di antara nasihat
laki-laki yang tak asing bagi sebagian kita, para pelaku usaha di negeri ini.
Ialah Kang Rendy Saputra sang CEO Keke Busana. Beliau juga menjadi konsultan di
Trusmi Grup Cirebon.
Beliau telah membuktikan bahwa ijazah bukanlah penentu
kesuksesan. Beliau juga membuktikan bahwa nikah muda bukanlah penghalang, tapi
sebuah katalisator untuk menggapai kesuksesan dunia dan akhirat jika dijalani
dengan ilmu, iman, dan taqwa.
Wallahu a’lam
Sahabat sepercikhikmah, Semoga bisa menjadi inspirasi
anak muda dan mudi Indonesia.
Sumber : http://kisahikmah.com